Kenapa aku harus menyesal ? dan kenapa aku harus bertahan ?
Seusai 3 Januari 2013 itu ...
hari-hari yang ku lalui tak semudah apa yang ada di bayanganku. Kenyataan yang
begitu berbeda di depan mataku. Melupakanmu adalah bagian sulit dari lembaran
ini. Tetapi mempercayai bahwa orang yang sangat ku cintai adalah orang yang
menghancurkan aku adalah hal tersulit.
Untuk Mas Eros di surga,
Hi Pahlawanku yang tertidur pulas
disana. Kau baik-baik saja bukan ? aku yakin kau akan selalu baik-baik saja.
Kau ada dalam pangkuan terhangat Tuhan. Hi Kenangan terindahku. Terimakasih
untuk pelajaran ini. Tanpa kepergianmu, aku tak akan pernah mengerti dan
memahami. Aku masih adik kecilmu yang penuh dengan keegoisan. Aku masih adik
kecilmu yang selalu membabi buta penuh amarah ... hanya kini, tak ada lagi
dirimu yang mengalah. Tak ada lagi
dirimu yang menggiring amarahku dengan ketulusan dan kesabaran. Ya, karena kau
telah jauh pergi kesana. Menuju kehidupanmu yang abadi. Mas, terimakasih kau
telah menyembuhkan luka terdalam itu sampai luka itu benar-benar tertutup
rapat. Dan butuh 7 tahun untuk membuka luka itu kembali ... dan sesakit ini.
Kemana aku harus berlari mencari orang sepertimu ? yang begitu ikhlas menjadi
tumpuan dalam segala ketidaktahuanku, amarahku, kerapuhan, segala kebencian
yang membenam kehidupanku. Karena 1 kesadaramu, yang tak dimiliki semua orang
yang ada di kehidupanku. Kau benar-benar mengetahui, siapa aku. Kau tahu kapan
kau harus menghadapi sesuatu yang itu bukan aku yang sebenarnya. Hanya dengan
memelukku. Bukan mencaciku. Bukan meninggalkanku. Dalam pelukan itulah aku
menangis ... aku begitu menyadari aku bukan diriku, tapi kebencian yang
menguasaiku. Kau selalu menemukan jalan untukku, untuk kembali menjadi diriku
sendiri. Aku. Amelia. Aku tak belajar banyak darimu. Hingga waktu ini datang
dan aku tak lagi bisa menyentuhmu. Seharusnya aku tak pernah meninggalkanmu.
Seharusnya aku menyadari lebih awal bahwa yang kau lakukan untukku adalah untuk
membuatku kuat dan terbungkus baja. Bukan kerapuhan yang terbungkus baja.
Kosong. Kini aku berdiri sendiri disini dalam keputusasaanku. Aku ingin mencari
dimana jalanku. Jalan yang dulu selalu kau temukan untukku. Aku ingin bukan
oranglain yang menemukannya untuk kedua kalinya. Cukup untuk padamu aku
merasakan kehilangan. Terimakasih untukmu. Untuk waktu yang selalu kau berikan
untukku, bahkan itu lebih dari waktu yang kau miliki. Bukan karena kau
memanjakanku. Tetapi karena ketulusan, keikhlasan. Membawaku menjadi orang
normal. Yang akan menjadi istrimu, yang melahirkan anak-anakmu dengan penuh
kasih sayang dan kelembutan, tanpa sedikitpun kedendaman. Itu impianmu sebelum
aku meninggalkanmu dan kau meninggalkanku selama-lamanya. Terimakasih untuk
semuanya Mas. Untuk air mata yang kau teteskan karena hatiku yang membatu.
Tetapi air matamu itu sanggup melunakkan batu. Kemanapun kau akan pergi,
kemanapun, kapanpun. Aku menunggu untuk waktu yang tepat, kita bisa bersama
kembali. Jika memang itu takdirnya. Jawaban yang pantas untuk sebuah penyesalan
yang dalam.
Untukmu, Panji Aryo Tegar
Prapanca dimanapun kau berada.
Hi, pangeranku. Aku bermimpi untu
dirimu dan ketulusanmu, meskipun itu hanya mimpi. Aku yakin kau akan selalu
baik-baik saja dengan seperti apa dirimu. Aku tahu betapa kuatnya dirimu. Juga
betapa rapuhnya aku. Terimakasih untuk waktu yang sudah kau berikan untukku
dulu. Terimakasih untuk kebahagiaan yang sempat kau berikan untukku. Tanpa
mengajariku untuk lebih kuat. Tetapi terkadang aku harus mulai menyadari, bahwa
aku hanya akan menyiksamu. Aku bukan orang yang tepat begitulah sebaliknya ...
terimakasih, untuk Luka dan trauma yang kini kau panggil kembali ... setelah
seseorang susah payah melenyapkannya 7
tahun lalu. Setelah orang itu membuatku harus percaya bahwa tak semua lelaki
adalah papa. Terimakasih. Kau menyadarkanku, untuk bisa mencari jalanku
sendiri. Karena selama ini aku menggunakan jalann yang ditemukan orang lain
untukku. Orang itu kini telah pergi selama-lamanya. Apa kau pernah terpikir ? bagaimana
aku membutuhkanmu ? bagaimana aku mencintaimu ? kau bisa mengalihkanku dari
seluruhnya yang ada di sekitar hidupku. Kau harus mempercayainya. Tetapi
kenyataan yang terpahit juga, kau tak bisa menghargai cintaku. Aku memang
selalu menjadi orang yang tak pernah bisa mengerti dirimu. Aku hanya butuh
pelukan. Yang hanya kau berikan setelah aku meminta. Ingatkan ? aku hanya butuh
kau ada di sisiku, meskipun kau tak akan mengatakan apapun. Tetapi seringkali
kau memilih untuk pergi. Aku membutuhkanmu lebih dari apapun. Tetapi kau tak
ingin kau membutuhkanmu. Maaf jika aku harus belajar tidak membutuhkanmu.
Karena sakit untuk lama bertahan. Sering kali aku dalam kesendirian, dan kau
tertawa dengan kebahagiaan disana. Kau terlalu sering meninggalkan aku. Terimakasih
untuk semuanya ... tetapi hatiku mati. Kau kembalikan rasa takut itu. Seperti
sebelum Mas Eros menutupnya. Dan entah siapa yang akan menutupnya. Selamat
jalan cinta. Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Semoga kelak kau temukan
seseorang yang bisa menerima dan mencintaimu seperti apa yang kuusahakan
untukmu. Tak ada lagi kata-kata lebih panjang yang bisa aku ungkapkan. Semuanya
habis terkikis. Biarkan waktu yang mengajarimu, suatu saat waktu akan bercerita
kepadamu. Seperti waktu 7 tahun lalu yang kini bercerita di kehidupanku. Semoga
kelak ada seseorang yang tulus dan ikhlas membantumu bangun dari pelukan
penyesalan. Bukan seseorang yang mencacimu dan meninggalkanmu ketika kau tengah
menyesal. Seperti apa yang aku rasakan kini. Amin. Jika kau bisa mengetahuinya.
Seperti apa. Luasan di hati ini seluruhnya telah terlubangi. Kekecewaan ...
kasar ... tak ada waktu. Acuh ... mungkin inilah. Mimpi adalah mimpi. Ketika
ternyata 1 tahun ini aku bermimpi, mengapa aku harus bertahan dalam mimpi. Aku
harus bangun dan menata kenyataan bukan ? mana yang harus kau dustakan ? aku
mengejarmu ... aku menyayangimu ... sepenuh hati. Meski hujan tetap ku lalui
dengan basah. Meski jauh tak pernah ku rasakan. Panas ku terjang. Coba kau
tanyakan pada dirimu ? apakah kau beanr-benar menyayangiku ? jika iya. Berarti
kau hanya menyayangiku. Bukan membutuhkanku, aku yang merasakannya. Semua
perlakuanmu. Kurasa cukup adil untuk 1 tahun lebih. Aku tak memandang dalam 1
sisi.