Saturday, February 25, 2012

Lo ngatain orang galau ? Ups..

oke. udah lama gue ngga nulis. rasanya kaku banget. banyak yang udah terjadi di kehidupn gue akhir-akhir ini. banyak juga yang udah ngebuat pikiran gue makin pening. gue hampir ga bisa ngerti apa yang orang-orang itu pikir. gue bukan tipikal orang yang ngambil pusing sesuatu. selama bisa take it simple, why not ? banyak banget uneg-uneg yang pengen gue tumpahin malem ini. yes. itupun kalo gue barhasil nulisin semuanya. mengingat daya otak gue sekarang udah menurun drastis :) enw .. gue ngga mau banyak basa-basi lagi .. maybe lets we begin this discuss ... pertama. galau. gua ga tau kenapa banyak banget orang yang suka ambil pusing dengan orang-orang yang sedang galau. Ok. it just my opinion, galau adalah bagian dari hidup yang pastinya dialami oleh semua orang. tetapi memang ada baiknya galau itu tidak berkepanjangan. karena Tuhan tak mungkin tidak memberikan satu kebahagiaanpun kepada umatnya. jadi tidak selalu galau merupakan langkah kongkrit kita untuk bersyukur kepada sang Pencipta. tetapi memang rada sulit ya membedakan mana tulisan galau mana penyaluran rasa. example : "ihh, gue sebel banget sama dia. rasanya idup gue ini ga berguna banget ya. dia aja ngga cinta sama gue. kenapa gue harus idup coba? gue pengen mati aja ..." "Semua tentang dirinya membuat peluhku bercucuran. masa ini memang masa semua rasa kesal terkucur. merembas dan meniti serpihan hati yang hancur. nila yang terasa hampa tanpa salemba nyiur cintanya. aku sepi. terbunuh sepi." ada dua contoh ketikan yang gue paparkan diatas. mestinya dari situ lo semua yang suka ngejudge orang bisa mikir. itu juga kalo lo pada masih punya otak. jadi rada susah ya di Indonesia ini. sebagian besar orang terpapang kata 'mengurusi urusan orang' sebagian besar orang Indonesia lebih suka meniti kebobrokan dan kekurangan orang lain ketimbang meniti dan membuat hidupnya sendiri menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Ok gue ngga bertele-tele lagi. gue suka sajak. gue puitis. gue romantis. terserah lo pada mau ngomong apa. emang itu suatu kelebihan yang ngga harus gue tutup-tutupi. di setiap buku gue, pasti ada sajak. entah itu curahan kebahagiaan gue atau kesedihan gue. gue bukan duta move on atau duta galau apalagi duta sheila on7. Plis mel, serius. well. balik serius. nah ... masalahnya, kenapa ya banyak banget orang yang ngatain gue galau ? entah itu karena gue suka posting atau ngetwit sajak atau hanya sekedar lirik lagu yang gue suka. coba pikir deh, emang kalo misalnya gue ngepost lirik lagu sedih itu gue lagi galau ? plis ya. tiap orang punya spot art masing-masing, kadang gue ngerasa arti tulisan itu bagus. gue pengen mengenang itu. salah ? lo tau ngga kenapa jejaring sosial itu ada block, unfollow, remove, mute, hide, dsb ? itu gunanya biar lo pada yang ga suka ngga usah banyak bacot. apa susahnya tinggal manfaatin fasilitas itu ketimbang kebanyakan bacot ngejudge orang ? lagian gue ngga ngerasa ngetik hal yang semacam mau minum racun tikus lah ini lah itu lah. yang gue juga ngerasa itu semua berlebihan. gue bukan orang bego kok. dan gue juga masih punya otak buat bersyukur. enthen, lo pada tau ngga sih arti galau itu apa ? galau itu bingung coy. idup ini pilihan, wajar dong kalo kadang kita bingung, kita gundah. itu manusiawi. kita diciptain punya karsa, punya rasa. bukan robot. enw ... itu semua menurut gue juga wajar.
lagian, kalo misalnya iya gue lagi galau ? itu ngerepotin elo ? ngurangin jatah idup lo ? apa gimana sih ? kelo lo ngerasa rugi ya ngga usah baca. atau block acc gue. gue ga keberatan kok.
janganlah, merasa idup di negara merdeka tapi kita sendiri dijajah. gue merdeka. gue berhak nulisa apa aja selama itu ngga mengandung sara. emang udah pernah ada ya diliput, "Polisi membekuk orang galau?" hey. orang galau bukan penjahat selama dia ngga ngebunuh orang. please ... open your mind ... open your eyes. jangan idup dikelilingi tembok gengsi lah ... orang galau itu bukan orang hina. bukan orang nista. selama mereka menuliskannya dengan wajar.
setiap orang berhak dong mengekspresikan dirinya sendiri ?
kongkrit ya. ada beberapa acc twitter orang2 famous, yang kadang twitnya juga mengandung unsur 'lebay','ga penting'. itu penilaian gue secara global. tapi apa ada yang berani nyerca mereka ? ada juga malah di RT. coba kalo yang ngetwit itu orang biasa ? ada juga dikatain 'sampah', 'spam', 'penting ya?'. helloo ... ketika lo pada klik tombol 'follow' mestinya lo mikir dulu kali. salah lo sendiri, follow sendiri, protes sendiri. enw. ternyata emang ya kepopuleran itu berpengaruh kepada respon publik. sangat unfair :) yeah. Indonesia. gue nulis ini bukan karena gue kenapa-kenapa atau gue pengen ngebelain kaum galau didunia. ngga ada kok kaum galau sebenernya, itu lebay-lebaynya orang ngejudge aja. tadi sebenernya gue udah mau tidur. tapi gue ngebaca twit dari acc temen gue, yah kira-kira kaya gini ... "kadang-kadang saya masih bingung dengan pikiran orang yang galau, kok bangga banget ya memperlihatkan galaunya ..." emm ... gue cuman senyum. sempit. terserah lo mau ngomong apa. tapi pikiran lo totally sempit. kadang-kadang gue juga ngga habis pikir sama orang-orang yang terlalu repot mengurusi urusan orang. hahah ... lo pikir dong. Kahlil Gibran bisa nulis kaya gitu karena dia punya spot kesedihan didalam batinnya. lo pikir dia nulis sambil ketawa cekakakan. terlalu rumit sih kalo pengen gue jabarin, yah intinya ... mulailah ngga mengurusi urusan orang lain yah. kurangi menuduh orang galau hanya karena orang itu bersajak :) terus nih, udah yakin postingan lo pada itu 100% berkualitas ? yakin lo pada selalu posting hal rasional ? gue yakin entah itu cuman 1% lo pernah kan mengekspresikan perasaan lo ? jadi coba deh pikir ulang mainset lo pada. udah kaya paling rasional aja ... kalo gue jadi kalian. gue malu malahan. kelihatan betapa gag berkualitasnya gue. ngga bisa ngebuat. tapi jago nyacat. pilih jalan idup lo deh. hahahah ....

Saturday, February 11, 2012

CLA :)

"dalam kekacauan ini ..." bisik bells kepada clara yang masih membisu. terkunci pada kursi yang menumpu seluruh berat badannya detik ini. DEAR :: my heart manjor, sisi terdalam dan terkelam dalam hidupku, yang tak pernah akan diketahui oleh makhluk lain yang berjenis manusia. mereka yang di luar sana merasakan kehilangan yang teramat sangat, gila barangkali, kalian semua, inspirasiku menulis ini ... yang mungkin meanless, ku harap dapat dimengerti. sekedar intermezzo betapa sulit ketika harus menjalani hidup selaksa detik-detik yang berjalan di dunia ini seperti jarum-jarum yang berjalan merata menusuk rapat permukaan kulitku. betapa pedih ketika aku harus tetap merasa utuh sedangkan aku tak tahu dimana kepingan tubuhku yang lain. menjalani semua yang terjadi di dalam hidupku ini seperti terangnya matahari di ufuk timur mungkin. well ... sedangkan kelam menenggelamkanku di bawah alam sadarku. aku kehilangan. sesuatu yang pernah menjadi salah satu alasan aku bersandar di hidup ini. sebuah kegagalan untuk ke sekian kalinya yang mungkin tak lagi dapat aku tolerir. menyedihkan ! berdiri tegak di bawah rinai hujan yang membirukan tubuhku segera, hanya untuk mendapat seutas senyum. "aku orang waras." aku bersedia menggigit daging yang menggumpal di tanganku melewati jalan setapak malam itu. hanya upaya melawan kebodohanku, penyangkalanku. dasar tolol ! mungkin clara saudara kembarku yang merasakan sedikit sakit yang ku rasakan, ya tentu saja karena aku adalah bagian darinya, dan sebaiknya juga sebaliknya. mungkin ia satu-satunya yang merasa aku adalah mayat hidup, setelah mum. setelah keberhasilanku menghancurkan hati mum. "aku hebat, bukan ?" sangat tak bijaksana melibatkannya bahkan dengan sangat tak terhormat menjadikan sasaran dalam masalah yang satu ini. "ku mohon bells ... hentikan semua ini ..." rengek clara malam ini. aku muak dengan caranya bicara. aku sungguh ingin muntah. entah mengapa semua ini begitu palsu di depan kelopak mataku yang menghitam. "hentikan ? apa yang harus aku hentikan cla ? sedang tak ada dalam hidupku yang berjalan. kau tahu itu." jawabku tenang. tetap menjaga eksistensi suaraku. "kau pikir aku ini orang asing ?" "mungkin begitu saat ini." kataku acuh, aku sama sekali tak berniat untuk membagi apa yang aku rasakan kini, karena aku sendiri tak tahu apa yang tengah aku rasakan tentunya. "berhentilah bersikap seolah-olah aku ini harus kau hindari, bells ..." clara menarik lenganku. "aku tak bersikap seperti itu !" aku melepaskan tangannya kasar. "ku rasa kita benar-benar harus menyelesaikan semua malam ini bells ... sebelum mum terlalu parah karena perilakumu." tegas clara. aku terdiam sejenak, sungguh sulit untuk menegaskan hatiku. demi Tuhan, aku tak ingin mum terluka karena kekonyolan yang terjadi akhir bulan ini. tetapi mengapa rasanya mum selalu membuat aku harus melukainya ?? dan membuat aku harus memasang telinga, mata, dan semuanya menjadi baja ketika harus menangani clara yang memaksa dan mendramatisir suasana seolah-olah aku telah memasang tali di atas pohon mapel di belakang rumah atau telah menyiapkan racun tikus di atas meja kamarku. aku tak setolol itu tentunya !! meskipun aku tahu, keinginanku untuk hidup kian menipis tiap detiknya. "apa yang harus kita selesaikan diatara kita, cla ? aku sedang tak ingin berdebat. tak ada yang memulai, jadi tak ada yang harus diselesaikan !" tegasku, marah. "bukan diantara, bells ... tapi dirimu." ujarnya lirih, nampaknya ia cukup tahu bagaimana perubahan sikapku ketika aku marah. "jangan katakan kalau kau akan mendakwaku setengah gila atau apalah namanya !" geramku, aku memang masih sangat tersinggung ketika sepulang sekolah minggu lalu dengan tak sengaja clara menyeru bahwa aku sinting. "berusahalah jujur dan menerima yang terjadi bells ..." clara tetap memaksa. aku melihat matanya dalam, mata yang sama persis dengan mataku, namun nampaknya mataku lebih bengis, dan lebih redup akan aura kehidupan. akhir-akhir ini. nothing eternal. "jangan buat aku harus menonjokmu dulu agar kau bisa menutup rapat mulutmu !" erangku. "oh tidak, bells ... aku hanya ingin kau membuang sedikit rasa gengsimu, mari berbicara hati ke hati." ujar clara, tulus. demi Tuhan. aku tak ingin satu orangpun di dunia ini termasuk clara melihat aku meneteskan air mata yang telah ku tahan sejak tadi. tak seorangpun berhak melihat kerapuhan dan ketololanku ini !! jadi aku harus melakukan segala cara agar makhluk bodoh ini segera keluar dan berhenti melontarkan kalimat-kalimat yang mengikisku menjadi abu yang berterbangan. "cla, aku ingin kau pergi dari sini secepatnya. sungguh ... aku tak ingin menyakitimu." kataku, datar. aku berusaha keras agar suaraku tak terlihat sendu. tapi nampaknya tak ada signal clara akan meninggalkan ruangan ini. ah tidak ... kurasa ia bahkan tak menggubris kata-kataku barusan. betapa tololnya ketika aku harus menyakiti saudara kembarku, yang merupakan bagian dari diriku sendiri hanya demi sesuatu yang sebenarnya sungguh tak penting. kurasa pantas ditambahkan di list betapa tolol diriku. "aku tetap disini." tegasnya. aku tak begitu kecewa dengan kata-kata yang terkuak dari bibirnya yang ranum. aku tahu, sebenarnya ia sangat cemas, ketakutan mungkin. sorot matanya mengatakan demikian. bahkan mungkin ia telah membayangkan esok ia akan terbaring di rumah sakit karena tonjokanku yang menyebabkan rahangnya hancur, gigi gerahamnya lepas, hidungnya berdarah. clara yang malang dan mengambil resiko ... semestinya ia tahu, aku takkan mungkin sanggup melakukan hal itu meskipun aku ingin, sementara melihat dengan baikpun aku tak dapat, yang membuatku harus berkali-kali menabrak pintu hingga mum berniat memasang busa di depan pintu. parah ... aku sama sekali tak tertarik dengan kacamata atau lens yang akan membantu pencahayaan di mataku. menurutku itu hanya akan menambah sisi minus yang sudah mengantre di list tentang kehidupanku. aku menghela nafas berat. menyerah mungkin. ia seperti dad, sangat kaku dan sulit dibelokkan. meskipun hatinya telah ketakutan dengan seribu ancaman yang akan ku lontarkan lagi, tetapi itu sia-sia. clara adalah clara. "apa yang kau inginkan dariku, cla ?" tanyaku. sebuah pertanyaan yang menyimbolkan pengibaran bendera putih barangkali. "aku ingin kau yang dulu." tukasnya singkat. "aku bersekolah bersamamu tiap pagi, aku pulang bersamamu tiap sore, aku makan teratur, dan kurasa kaupun tahu tak ada satu nilaipun yang berubah, kecuali kalkulusku yang memang payah dari dulu." terangku membuang pandangan dari mata clara yang seolah mengintrogasiku. "aku rindu matamu yang sarat akan indanya hidup dan bermimpi akan kekal." aku menelan ludah, kata-kata clara seakan-akan menjadi bom yang meletus di hatiku yang lama terbakar api, dan keadaan ini membuatnya semakin panas, berdebu, sangat menjijikan. "aku tahu bells, semua yang terjadi padamu. kepergiannya membuat suatu perubahan dalam dirimu yang tak kau ketahui apa itu namanya yag membuatmu enggan untuk melihat matahari. yang membuatmu menjalani semua ini tanpa keikhlasan. tetapi kau tak bisa menjalani hidup dengan hati yang mati seperti itu bells ..." "sungguh, kau sangat sok tahu malam ini, cla." hanya kata-kata itu yang dapat keluar dari mulutku yang sebenarnya telah bergetar, upaya menyelamatkan harga diriku dari peluru-peluru yang keluar berentetan dari mulut clara. "aku tak pernah melihatmu mengarungi hujan seperti kemarin, yang ku tahu kau selalu menghindari hujan. tetapi kemarin kau pulang basah kuyup sambil menggigit tanganmu seperti makhluk terkutuk dan menjadikan mum harus memerban luka konyolmu itu, aku rasa kau masih ingat kejadian itu, ha ???" aku merasa seperti tersangka, dan clara adalah jaksa penuntut umum yang terus menerus mengeluarkan pernyataan yang tak dapat ku bantah sedikitpun karena aku memang bersalah dalam hal ini. "hujan membuatku berfikir lebih baik, dan membuatku tenang." sergahku. tanpa ekspresi. "jangan bodoh, aku mengenalmu 17 tahun ... dan rasanya cukup jelas bagiku segala ketololan dan semua kerapuhanmu !! dan tentunya kau tak perlu malu dengan semua itu !!!" tukasnya galak. aku tak menyangka clara dapat berkata seperti itu, aku rasa ia telah mengikis mati semua ketakutan yang tadi menjalari syarafnya. dan berusaha keras untuk menyadarkanku, menampar pipiku keras-keras agar aku kembali ke kehidupan yang seharusnya aku jalani. aku mengangkat kedua alisku. cukup terkesima. "oh ya ???" "kepergiannya membuatmu mendadak gila !! dan kau akan menjadi benar-benar pasien rumah sakit jiwa jika kau masih bersikukuh memendamnya dan tak membiarkanku menarikmu kepada kenyataan kembali !!" tegasnya lagi. kata-katanya benar-benar seperti sembilu tumpul yang menusuk masuk ke dalam jantungku dan menembus punggungku perlahan-lahan. sungguh menyedihkan !! "dia sama sekali tak berarti bagiku, tolol." aku memandang dinding kamarku yang membisu. "kau tolol, kau pecundang. menyebut namanya saja kau tak bernyali !! itu yang kau bilang dia tak berarti ??" "sudah puas kau menghinaku ?? kau menang kali ini cla. dan aku tahu, kemenangan ini adalah yang perdana di hidupmu, kau pantas merayakannya." "sungguh aku tak ingin kemenangan atau kekalahan, aku hanya ingin kau jujur padaku." "pentingkah ?? psikiater saja tak dapat membantuku, lalu apa arti kau ini ??" aku tersenyum meremehkan. "aku hanya ingin kau jujur padaku, dan berhentilah bersikap konyol seakan-akan tak ada yang peduli padamu !! satu lagi, berhentilah menahan air matamu !!" aku memekik pelan, aku tak berharap clara mendengarnya. bagaimanapun juga aku telah berusaha membentengi diriku, kalaupun pertahananku jebol malam ini, itu tidak terlalu buruk. well ... aku telah berusaha. mungkin keberuntungan sedang menyelimuti si tolol clara. dan aku bersumpah, ini adalah pertama dan terakhir dalam hidupku. air mataku membasahi pipi merahku. dan aku tahu dari mata clara terpancar kepuasan yang takkan terlupakan sepanjang hidupnya. "aku rasa lebih baik air matamu mengalir seperti itu." ujarnya. "diam tolol." tegasku. "cepat katakan, apa yang terjadi." ia kembali memaksa. "diam kau." "baiklah, sekarang memang giliranku diam, dan kau menjadi pembicara." suasana hening sejenak. aku mengatur nafasku pelan-pelan. membuangnya sia-sia. kurasa malam ini aku harus jujur kepadanya. karena itu adalah satu-satunya jalan untuk mengusirnya dari ruangan ini. "kau pikir mudah melawati semua ini cla ?? ketika kau terbiasa akan sesuatu hal, dan kemudian hal itu pergi begitu saja ... meninggalkan aku dengan sejuta harapan dan air mata yang selama ini ku simpan rapat-rapat. kau pikir mudah mengubah senyumku yang lebar menjadi tangis yang menderu-deru ??? dan kau tahu, ada sesuatu yang membuatku gila hidup di imajinasiku, aku tak tahu itu apa dan mengapa ada. sebuah kemustahilan yang kelas-jelas ku ketahui dari awal. mungkin bukan hanya kau yang berfikir aku tak waras, sesungguhnya aku menaruh curiga demikian, aku terlalu kacau kali ini ..." kataku penuh dengan kehancuran. "tapi kan kau ..." "diam !! aku pembicaranya !!" potongku segera. "oh baiklah ... sorry ..." ungkapnya penuh sesal. "kau tahu betapa sulitnya aku bernafas akhir-akhir ini ?? tiap detik berlalu seperti neraka yang tanpa ampun menjilatku dengan lidah apinya yang tak ku ketahui berapa celsius suhunya !! lalu aku harus merasakan lubang yang menganga lebar dalam dadaku seolah jantungku telah dicuri orang padahal jantungku masih berdetak seperti biasanaya !! kehampaan yang menyelimutiku dalam kegelapan yang memburu sungguh tak dapat ku hadapi hanya dengan menangis di rumah !! kekecewaan ini benar-benar membunuhku ... apakah kau pikir waras ketika kau memilih menyiksa diriku sendiri dengan air hujan dan apalah aku tak tahu namanya ?? aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku begitu kecewa dengan aku dan semua kekacauan dalam pikiranku, segala kelemahan dan kerapuhanku !! mungkin otakku juga terlanjur terancang menjadi sesuatu yang menjijikan. aku berusaha tidak memikirkannya, tetapi tetap mengingatnya !! kenangan-kenangan tolol itu ... dan aku harus membuat diriku sadar kalau aku berdiri sendiri disini !! membuatku sadar kalau aku memerlukan orang lain ... dasar kau ... puas kau cla ... ku rasa sekarang aku sangat membencimu." aku menangis. aku tak tahu seperti apa suaraku, memalukan. clara memelukku erat sekali. -end- intinya ??? silahkan disimpulkan ... (aku juga menyimpulkan, karena aku menulis ini tanpa kesadaran penuh, maav apabila ada yang kurang berkenan) pertanyaan yang fantastik, adakah sosok C L A R A ??? menarik, menampar, seseorang untuk kembali menyusuri kehidupan nyatanya ... amazing ... for me. hhaa ...

ingin

aku ingin Menembus jelaga. Mengarungi seberapa panasnya. Ingin menembus lapisan ke berapa? Dalam sebuah petualangan? Jika memang merupakan garisan Tuhan? Mengapa harus menyakitkan? Siapa yang ingin merasakan? Rasanya terbakar api menyala? Cinta yang tak pernah dapat dimengerti. Aku pun hanya yang biasa. Yang tak bisa tahu, Apa dibalik tabir itu? Apa disana? Aku hanya selaksa gerikil kecil. Yang senantiasa mengikuti arus sungai. Saat jernih, ku menikmatinya. Tapi ketika keruh, aku pun tetap menjalaninya. Mungkin aku memang yang termunafik. Yang tak pernah bisa jujur pada rasaku. Dan aku pun tak pernah tau, Kemana ku bawa kemudi ini? Aku hanya sebatas masih mencari. Dimana jati diri. Dan dimana aku bisa tahu. Apa itu hidup? Dan bagaimana untuk hidup? Tak menjadi benalu. Tak menjadi pengganggu. Tak menjadi penumpang. Tak menjadi perusak. Bintang tanpak terang… Ketika ku tengadah kesana, Mencari sebuah jawaban. Atas rangkaian mimpi, dan semua yang ada di hidupku. Menggugat randuh… Tersungkur di sekat kebisingan… Atas semua yang menderit kalbuku… Pengoyak batinku. Melepas temali pati yang terikat. Yang dirasa akan selamanya. Tetapi mengapa mengendur tiba-tiba? Sungguh aku tak mau menjadi penyebabnya.

Ralia Rosseline :)

Malam ini Tuhan menciptakan satu set gelas. Terdiri dari 3 gelas bertangkai yang jernih. Lalu satu teko yang cantik pula. Setiap kali ada sebuah acara, ketiga gelas dan satu teko itu selalu bersama. Hingga suatu malam, digelar pesta megah, lampion bergantungan memancarkan cahayanya yang sayu, angin berhembus tenang. Pelan, membawa seketika. Seorang tamu melihat teko itu, memintanya. Dan membawanya pergi. Tiga gelas tertinggal di atas meja. Hari-hari berikutnya gelas-gelas itu mengonggok kosong tak berdaya. Bagaimana air bisa didapatnya ? tak ada lagi sang teko yang setia menuangkan teh hangat atau minuman semacamnya. Nihil. Waktu memanglah roda yang selalu berputar dan tak pernah berhenti. Dinginnya malam mengikis gelas-gelas itu, teriknya mentari yang menyusup mengungkung gelas-gelas itu. Hingga pada suatu titik yang merambah menjadi sebuah garis retak, yang menghancurkan gelas-gelas itu menjadi pecahan-pecahan kaca. Yang menampung hujan ketika datang, melukai orang ketika menginjaknya ? apakah ini keinginan mereka ? sedangkan mereka sendiri terpecah menjadi beberapa bagian dan tak lagi utuh ?? jelas sekali mereka para pecahan kaca tak menginginkannya ! tetapi siapa yang hendak memungut mereka ? siapa yang ingin memungut pecahan kaca yang meskipun disatukan takkan menjadi sesuatu yang utuh ... Rosa. Sekali lagi aku mendentumkan nama itu. Oh Tuhan, andai saja aku bukan yang bernama Ralia. Andai saja aku Ebony, aku Shelly, aku Natalie, aku, aku, aku ... siapa saja lah, asalkan jangan Ralia Roseline. Aku masih mengingat ketika malam itu aku melompat dari jendela kamarku untuk mengakhirinya. Namun tak berakhir. Ah tentu saja mereka selalu berupaya membuat diriku hidup meskipun aku tak ingin. Bagaimana mungkin Tuhan bisa sayang kepadaku ? sedangkan untuk mensyukuri setiap jengkal nafas yang diberikanNya kepadaku saja nihil. Aku tak mencerca ataupun menuntut sedikitpun ketika Tuhan memberikan semua ini. Bagaimana jika kalian menjadi mengetahui sesuatu hal yang telah diketahui pengakhirannya ?? hem.. sulit dibayangkan. Rosa. Aku benci menjadi Rosa. Aku mengetahu pengakhiran dari semua ini, tapi haruskah aku berpura-pura buta ? berpura-pura tuli ? dan berpura-pura tak bernurani ? lalu tetap melangkah ke depan dengan segalanya, hanya dengan landasan aku pasti senang, aku pasti gembira, dan aku membayarnya dengan kehancuran pada ujung jalan yang tengah ku lalui saat ini. Hal ini membuatku berhenti, terduduk, menyandarkan kepalaku sejenak. Adakah satu cara untukku lari ke belakang. Cakrawala. Dimana dirimu. Mata angin. Bawa aku kembali. Sedangkan setiap aku melangkahkan kakiku maka seketika jalan yang kulalui akan terhapus dengan sendirinya. Terhapus menjadi hamburan titik-titik yang menyebar entah kemana. Lalu bagaimana ? aku tak memiliki sayap, aku tak dapat terbang. Haruskah aku tetap berjalan ke depan meski aku tahu semua yang akan ku temui di depan sana ? haruskah aku berpura-pura menjadi tak tahu ? atau aku berhenti di titik ini dan diam mengalah (baca : pecundang). Tentu tidak ? OH Tuhan ... berikan aku satu permintaan. Aku meminta hidupku ini kembali ke awal sana. Maka ketika aku tahu jalan yang telah ku lewati takkan bisa ku lalui lagi, aku akan lebih berhati-hati. Tetapi permintaanku itu terlalu tak adil bagii semua. Baiklah. Mungkin inilah yang disebut takdir. Menjalaninya adalah sebuah keharusan, meski kita tak ingin. Biarkan aku tetap melangkah, semoga di sana akan ku temui keajaiban yang membawa semua ini menjadi sesuatu yang lebih baik. Aku tersenyum. Lalu melangkahkan kakiku. Kututup mataku perlahan. Aku merasa melayang di udara, cukup lama. Aku merasakan angin kasar menyayat kulitku. Deru teriakan dimana-mana. Aku tak melihat sang teko kembali. 2 gelas yang lain hanya diam membisu menahan pedih. Hingga aku merasa tak merasakan apa-apa lagi di dunia ini, bau menyengat seperti karat menohok indra penciumanku yang mulai melemah, aku ingin sedikit membuka mataku, aku melihat pecahan-pecahan kaca bertinta darah dimana-mana. Aku masih tersenyum ... Lihat apa yang akan ku temui setelah massa ini ...

remember it begins ...

langit. ketika langit itu tak seindah langit kemarin ? adakah yang bisa kita lakukan ? aku. tak ada yang bisa ku lakukan selain menunggu kembali. menunggu langit itu kembali indah seperti kemarin. meskipun itu suatu ketidakpastian yang sangat utuh :) jatuh. jatuh adalah hal yang pastinya akan dirasakan oleh setiap insan manusia. jatuh adalah yang mengajari kita bagaimana untuk lebih waspada. jatuh mengajari kita bagaimana untuk bertumpu lebih lama. aku. aku pernah jatuh. bukan sekali, duakali, atau tigakali. untuk yang kesekian kali. ku patrikan dalam degup jantungku sendiri. untuk tetap berlari ketika darah mengucur perih. karena ketika aku tetap berlari, aku akan menjadi manusia yang lebih kuat untuk berpijak disini. luka. luka bukan suatu hal yang bisa kuta tanggapi hanya secara duniawi terkadang luka rohani lebih perih dari sekian luka duniawi. aku. ya, pastinya aku juga pernah merasakan luka. ketika aku tetap berbicara, namun tak ada makna. ketika aku berlari, namun tak kurasa aku diam. ketika aku bernafas, tak merasakan sejuknya udara yang ku hirup. hampa. ini semua berkaitan dengan hampa. perasaan kosong yang terlalu mematikan hasrat untuk segalanya. sangsai memang. ketika hampa bertaburan di padang hati yang luka. serasa hanya ingin terus berbaring menyelami betapa sakitnya hati yang ada. tanpa ingin beranjak atau kembali meniti bianglala. kecewa. mata tombak utuh menghujam jantung hati. ketika keinginan kita didapuk ketidakpastian. atau ketika apa yang kita harapkan tak menjadi nyata ...

Wednesday, February 8, 2012

begin

I just saying "Hi" ...
long time no see on this blog ...

begin that moment, i m so uninteresting for writing something ...
though i like writing ...

judgement.

that the worst word which I hate.

everything will be Ok. although Im alone, but Im not lonely.