Saturday, February 11, 2012

CLA :)

"dalam kekacauan ini ..." bisik bells kepada clara yang masih membisu. terkunci pada kursi yang menumpu seluruh berat badannya detik ini. DEAR :: my heart manjor, sisi terdalam dan terkelam dalam hidupku, yang tak pernah akan diketahui oleh makhluk lain yang berjenis manusia. mereka yang di luar sana merasakan kehilangan yang teramat sangat, gila barangkali, kalian semua, inspirasiku menulis ini ... yang mungkin meanless, ku harap dapat dimengerti. sekedar intermezzo betapa sulit ketika harus menjalani hidup selaksa detik-detik yang berjalan di dunia ini seperti jarum-jarum yang berjalan merata menusuk rapat permukaan kulitku. betapa pedih ketika aku harus tetap merasa utuh sedangkan aku tak tahu dimana kepingan tubuhku yang lain. menjalani semua yang terjadi di dalam hidupku ini seperti terangnya matahari di ufuk timur mungkin. well ... sedangkan kelam menenggelamkanku di bawah alam sadarku. aku kehilangan. sesuatu yang pernah menjadi salah satu alasan aku bersandar di hidup ini. sebuah kegagalan untuk ke sekian kalinya yang mungkin tak lagi dapat aku tolerir. menyedihkan ! berdiri tegak di bawah rinai hujan yang membirukan tubuhku segera, hanya untuk mendapat seutas senyum. "aku orang waras." aku bersedia menggigit daging yang menggumpal di tanganku melewati jalan setapak malam itu. hanya upaya melawan kebodohanku, penyangkalanku. dasar tolol ! mungkin clara saudara kembarku yang merasakan sedikit sakit yang ku rasakan, ya tentu saja karena aku adalah bagian darinya, dan sebaiknya juga sebaliknya. mungkin ia satu-satunya yang merasa aku adalah mayat hidup, setelah mum. setelah keberhasilanku menghancurkan hati mum. "aku hebat, bukan ?" sangat tak bijaksana melibatkannya bahkan dengan sangat tak terhormat menjadikan sasaran dalam masalah yang satu ini. "ku mohon bells ... hentikan semua ini ..." rengek clara malam ini. aku muak dengan caranya bicara. aku sungguh ingin muntah. entah mengapa semua ini begitu palsu di depan kelopak mataku yang menghitam. "hentikan ? apa yang harus aku hentikan cla ? sedang tak ada dalam hidupku yang berjalan. kau tahu itu." jawabku tenang. tetap menjaga eksistensi suaraku. "kau pikir aku ini orang asing ?" "mungkin begitu saat ini." kataku acuh, aku sama sekali tak berniat untuk membagi apa yang aku rasakan kini, karena aku sendiri tak tahu apa yang tengah aku rasakan tentunya. "berhentilah bersikap seolah-olah aku ini harus kau hindari, bells ..." clara menarik lenganku. "aku tak bersikap seperti itu !" aku melepaskan tangannya kasar. "ku rasa kita benar-benar harus menyelesaikan semua malam ini bells ... sebelum mum terlalu parah karena perilakumu." tegas clara. aku terdiam sejenak, sungguh sulit untuk menegaskan hatiku. demi Tuhan, aku tak ingin mum terluka karena kekonyolan yang terjadi akhir bulan ini. tetapi mengapa rasanya mum selalu membuat aku harus melukainya ?? dan membuat aku harus memasang telinga, mata, dan semuanya menjadi baja ketika harus menangani clara yang memaksa dan mendramatisir suasana seolah-olah aku telah memasang tali di atas pohon mapel di belakang rumah atau telah menyiapkan racun tikus di atas meja kamarku. aku tak setolol itu tentunya !! meskipun aku tahu, keinginanku untuk hidup kian menipis tiap detiknya. "apa yang harus kita selesaikan diatara kita, cla ? aku sedang tak ingin berdebat. tak ada yang memulai, jadi tak ada yang harus diselesaikan !" tegasku, marah. "bukan diantara, bells ... tapi dirimu." ujarnya lirih, nampaknya ia cukup tahu bagaimana perubahan sikapku ketika aku marah. "jangan katakan kalau kau akan mendakwaku setengah gila atau apalah namanya !" geramku, aku memang masih sangat tersinggung ketika sepulang sekolah minggu lalu dengan tak sengaja clara menyeru bahwa aku sinting. "berusahalah jujur dan menerima yang terjadi bells ..." clara tetap memaksa. aku melihat matanya dalam, mata yang sama persis dengan mataku, namun nampaknya mataku lebih bengis, dan lebih redup akan aura kehidupan. akhir-akhir ini. nothing eternal. "jangan buat aku harus menonjokmu dulu agar kau bisa menutup rapat mulutmu !" erangku. "oh tidak, bells ... aku hanya ingin kau membuang sedikit rasa gengsimu, mari berbicara hati ke hati." ujar clara, tulus. demi Tuhan. aku tak ingin satu orangpun di dunia ini termasuk clara melihat aku meneteskan air mata yang telah ku tahan sejak tadi. tak seorangpun berhak melihat kerapuhan dan ketololanku ini !! jadi aku harus melakukan segala cara agar makhluk bodoh ini segera keluar dan berhenti melontarkan kalimat-kalimat yang mengikisku menjadi abu yang berterbangan. "cla, aku ingin kau pergi dari sini secepatnya. sungguh ... aku tak ingin menyakitimu." kataku, datar. aku berusaha keras agar suaraku tak terlihat sendu. tapi nampaknya tak ada signal clara akan meninggalkan ruangan ini. ah tidak ... kurasa ia bahkan tak menggubris kata-kataku barusan. betapa tololnya ketika aku harus menyakiti saudara kembarku, yang merupakan bagian dari diriku sendiri hanya demi sesuatu yang sebenarnya sungguh tak penting. kurasa pantas ditambahkan di list betapa tolol diriku. "aku tetap disini." tegasnya. aku tak begitu kecewa dengan kata-kata yang terkuak dari bibirnya yang ranum. aku tahu, sebenarnya ia sangat cemas, ketakutan mungkin. sorot matanya mengatakan demikian. bahkan mungkin ia telah membayangkan esok ia akan terbaring di rumah sakit karena tonjokanku yang menyebabkan rahangnya hancur, gigi gerahamnya lepas, hidungnya berdarah. clara yang malang dan mengambil resiko ... semestinya ia tahu, aku takkan mungkin sanggup melakukan hal itu meskipun aku ingin, sementara melihat dengan baikpun aku tak dapat, yang membuatku harus berkali-kali menabrak pintu hingga mum berniat memasang busa di depan pintu. parah ... aku sama sekali tak tertarik dengan kacamata atau lens yang akan membantu pencahayaan di mataku. menurutku itu hanya akan menambah sisi minus yang sudah mengantre di list tentang kehidupanku. aku menghela nafas berat. menyerah mungkin. ia seperti dad, sangat kaku dan sulit dibelokkan. meskipun hatinya telah ketakutan dengan seribu ancaman yang akan ku lontarkan lagi, tetapi itu sia-sia. clara adalah clara. "apa yang kau inginkan dariku, cla ?" tanyaku. sebuah pertanyaan yang menyimbolkan pengibaran bendera putih barangkali. "aku ingin kau yang dulu." tukasnya singkat. "aku bersekolah bersamamu tiap pagi, aku pulang bersamamu tiap sore, aku makan teratur, dan kurasa kaupun tahu tak ada satu nilaipun yang berubah, kecuali kalkulusku yang memang payah dari dulu." terangku membuang pandangan dari mata clara yang seolah mengintrogasiku. "aku rindu matamu yang sarat akan indanya hidup dan bermimpi akan kekal." aku menelan ludah, kata-kata clara seakan-akan menjadi bom yang meletus di hatiku yang lama terbakar api, dan keadaan ini membuatnya semakin panas, berdebu, sangat menjijikan. "aku tahu bells, semua yang terjadi padamu. kepergiannya membuat suatu perubahan dalam dirimu yang tak kau ketahui apa itu namanya yag membuatmu enggan untuk melihat matahari. yang membuatmu menjalani semua ini tanpa keikhlasan. tetapi kau tak bisa menjalani hidup dengan hati yang mati seperti itu bells ..." "sungguh, kau sangat sok tahu malam ini, cla." hanya kata-kata itu yang dapat keluar dari mulutku yang sebenarnya telah bergetar, upaya menyelamatkan harga diriku dari peluru-peluru yang keluar berentetan dari mulut clara. "aku tak pernah melihatmu mengarungi hujan seperti kemarin, yang ku tahu kau selalu menghindari hujan. tetapi kemarin kau pulang basah kuyup sambil menggigit tanganmu seperti makhluk terkutuk dan menjadikan mum harus memerban luka konyolmu itu, aku rasa kau masih ingat kejadian itu, ha ???" aku merasa seperti tersangka, dan clara adalah jaksa penuntut umum yang terus menerus mengeluarkan pernyataan yang tak dapat ku bantah sedikitpun karena aku memang bersalah dalam hal ini. "hujan membuatku berfikir lebih baik, dan membuatku tenang." sergahku. tanpa ekspresi. "jangan bodoh, aku mengenalmu 17 tahun ... dan rasanya cukup jelas bagiku segala ketololan dan semua kerapuhanmu !! dan tentunya kau tak perlu malu dengan semua itu !!!" tukasnya galak. aku tak menyangka clara dapat berkata seperti itu, aku rasa ia telah mengikis mati semua ketakutan yang tadi menjalari syarafnya. dan berusaha keras untuk menyadarkanku, menampar pipiku keras-keras agar aku kembali ke kehidupan yang seharusnya aku jalani. aku mengangkat kedua alisku. cukup terkesima. "oh ya ???" "kepergiannya membuatmu mendadak gila !! dan kau akan menjadi benar-benar pasien rumah sakit jiwa jika kau masih bersikukuh memendamnya dan tak membiarkanku menarikmu kepada kenyataan kembali !!" tegasnya lagi. kata-katanya benar-benar seperti sembilu tumpul yang menusuk masuk ke dalam jantungku dan menembus punggungku perlahan-lahan. sungguh menyedihkan !! "dia sama sekali tak berarti bagiku, tolol." aku memandang dinding kamarku yang membisu. "kau tolol, kau pecundang. menyebut namanya saja kau tak bernyali !! itu yang kau bilang dia tak berarti ??" "sudah puas kau menghinaku ?? kau menang kali ini cla. dan aku tahu, kemenangan ini adalah yang perdana di hidupmu, kau pantas merayakannya." "sungguh aku tak ingin kemenangan atau kekalahan, aku hanya ingin kau jujur padaku." "pentingkah ?? psikiater saja tak dapat membantuku, lalu apa arti kau ini ??" aku tersenyum meremehkan. "aku hanya ingin kau jujur padaku, dan berhentilah bersikap konyol seakan-akan tak ada yang peduli padamu !! satu lagi, berhentilah menahan air matamu !!" aku memekik pelan, aku tak berharap clara mendengarnya. bagaimanapun juga aku telah berusaha membentengi diriku, kalaupun pertahananku jebol malam ini, itu tidak terlalu buruk. well ... aku telah berusaha. mungkin keberuntungan sedang menyelimuti si tolol clara. dan aku bersumpah, ini adalah pertama dan terakhir dalam hidupku. air mataku membasahi pipi merahku. dan aku tahu dari mata clara terpancar kepuasan yang takkan terlupakan sepanjang hidupnya. "aku rasa lebih baik air matamu mengalir seperti itu." ujarnya. "diam tolol." tegasku. "cepat katakan, apa yang terjadi." ia kembali memaksa. "diam kau." "baiklah, sekarang memang giliranku diam, dan kau menjadi pembicara." suasana hening sejenak. aku mengatur nafasku pelan-pelan. membuangnya sia-sia. kurasa malam ini aku harus jujur kepadanya. karena itu adalah satu-satunya jalan untuk mengusirnya dari ruangan ini. "kau pikir mudah melawati semua ini cla ?? ketika kau terbiasa akan sesuatu hal, dan kemudian hal itu pergi begitu saja ... meninggalkan aku dengan sejuta harapan dan air mata yang selama ini ku simpan rapat-rapat. kau pikir mudah mengubah senyumku yang lebar menjadi tangis yang menderu-deru ??? dan kau tahu, ada sesuatu yang membuatku gila hidup di imajinasiku, aku tak tahu itu apa dan mengapa ada. sebuah kemustahilan yang kelas-jelas ku ketahui dari awal. mungkin bukan hanya kau yang berfikir aku tak waras, sesungguhnya aku menaruh curiga demikian, aku terlalu kacau kali ini ..." kataku penuh dengan kehancuran. "tapi kan kau ..." "diam !! aku pembicaranya !!" potongku segera. "oh baiklah ... sorry ..." ungkapnya penuh sesal. "kau tahu betapa sulitnya aku bernafas akhir-akhir ini ?? tiap detik berlalu seperti neraka yang tanpa ampun menjilatku dengan lidah apinya yang tak ku ketahui berapa celsius suhunya !! lalu aku harus merasakan lubang yang menganga lebar dalam dadaku seolah jantungku telah dicuri orang padahal jantungku masih berdetak seperti biasanaya !! kehampaan yang menyelimutiku dalam kegelapan yang memburu sungguh tak dapat ku hadapi hanya dengan menangis di rumah !! kekecewaan ini benar-benar membunuhku ... apakah kau pikir waras ketika kau memilih menyiksa diriku sendiri dengan air hujan dan apalah aku tak tahu namanya ?? aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku begitu kecewa dengan aku dan semua kekacauan dalam pikiranku, segala kelemahan dan kerapuhanku !! mungkin otakku juga terlanjur terancang menjadi sesuatu yang menjijikan. aku berusaha tidak memikirkannya, tetapi tetap mengingatnya !! kenangan-kenangan tolol itu ... dan aku harus membuat diriku sadar kalau aku berdiri sendiri disini !! membuatku sadar kalau aku memerlukan orang lain ... dasar kau ... puas kau cla ... ku rasa sekarang aku sangat membencimu." aku menangis. aku tak tahu seperti apa suaraku, memalukan. clara memelukku erat sekali. -end- intinya ??? silahkan disimpulkan ... (aku juga menyimpulkan, karena aku menulis ini tanpa kesadaran penuh, maav apabila ada yang kurang berkenan) pertanyaan yang fantastik, adakah sosok C L A R A ??? menarik, menampar, seseorang untuk kembali menyusuri kehidupan nyatanya ... amazing ... for me. hhaa ...

No comments:

Post a Comment