Saturday, February 11, 2012

Ralia Rosseline :)

Malam ini Tuhan menciptakan satu set gelas. Terdiri dari 3 gelas bertangkai yang jernih. Lalu satu teko yang cantik pula. Setiap kali ada sebuah acara, ketiga gelas dan satu teko itu selalu bersama. Hingga suatu malam, digelar pesta megah, lampion bergantungan memancarkan cahayanya yang sayu, angin berhembus tenang. Pelan, membawa seketika. Seorang tamu melihat teko itu, memintanya. Dan membawanya pergi. Tiga gelas tertinggal di atas meja. Hari-hari berikutnya gelas-gelas itu mengonggok kosong tak berdaya. Bagaimana air bisa didapatnya ? tak ada lagi sang teko yang setia menuangkan teh hangat atau minuman semacamnya. Nihil. Waktu memanglah roda yang selalu berputar dan tak pernah berhenti. Dinginnya malam mengikis gelas-gelas itu, teriknya mentari yang menyusup mengungkung gelas-gelas itu. Hingga pada suatu titik yang merambah menjadi sebuah garis retak, yang menghancurkan gelas-gelas itu menjadi pecahan-pecahan kaca. Yang menampung hujan ketika datang, melukai orang ketika menginjaknya ? apakah ini keinginan mereka ? sedangkan mereka sendiri terpecah menjadi beberapa bagian dan tak lagi utuh ?? jelas sekali mereka para pecahan kaca tak menginginkannya ! tetapi siapa yang hendak memungut mereka ? siapa yang ingin memungut pecahan kaca yang meskipun disatukan takkan menjadi sesuatu yang utuh ... Rosa. Sekali lagi aku mendentumkan nama itu. Oh Tuhan, andai saja aku bukan yang bernama Ralia. Andai saja aku Ebony, aku Shelly, aku Natalie, aku, aku, aku ... siapa saja lah, asalkan jangan Ralia Roseline. Aku masih mengingat ketika malam itu aku melompat dari jendela kamarku untuk mengakhirinya. Namun tak berakhir. Ah tentu saja mereka selalu berupaya membuat diriku hidup meskipun aku tak ingin. Bagaimana mungkin Tuhan bisa sayang kepadaku ? sedangkan untuk mensyukuri setiap jengkal nafas yang diberikanNya kepadaku saja nihil. Aku tak mencerca ataupun menuntut sedikitpun ketika Tuhan memberikan semua ini. Bagaimana jika kalian menjadi mengetahui sesuatu hal yang telah diketahui pengakhirannya ?? hem.. sulit dibayangkan. Rosa. Aku benci menjadi Rosa. Aku mengetahu pengakhiran dari semua ini, tapi haruskah aku berpura-pura buta ? berpura-pura tuli ? dan berpura-pura tak bernurani ? lalu tetap melangkah ke depan dengan segalanya, hanya dengan landasan aku pasti senang, aku pasti gembira, dan aku membayarnya dengan kehancuran pada ujung jalan yang tengah ku lalui saat ini. Hal ini membuatku berhenti, terduduk, menyandarkan kepalaku sejenak. Adakah satu cara untukku lari ke belakang. Cakrawala. Dimana dirimu. Mata angin. Bawa aku kembali. Sedangkan setiap aku melangkahkan kakiku maka seketika jalan yang kulalui akan terhapus dengan sendirinya. Terhapus menjadi hamburan titik-titik yang menyebar entah kemana. Lalu bagaimana ? aku tak memiliki sayap, aku tak dapat terbang. Haruskah aku tetap berjalan ke depan meski aku tahu semua yang akan ku temui di depan sana ? haruskah aku berpura-pura menjadi tak tahu ? atau aku berhenti di titik ini dan diam mengalah (baca : pecundang). Tentu tidak ? OH Tuhan ... berikan aku satu permintaan. Aku meminta hidupku ini kembali ke awal sana. Maka ketika aku tahu jalan yang telah ku lewati takkan bisa ku lalui lagi, aku akan lebih berhati-hati. Tetapi permintaanku itu terlalu tak adil bagii semua. Baiklah. Mungkin inilah yang disebut takdir. Menjalaninya adalah sebuah keharusan, meski kita tak ingin. Biarkan aku tetap melangkah, semoga di sana akan ku temui keajaiban yang membawa semua ini menjadi sesuatu yang lebih baik. Aku tersenyum. Lalu melangkahkan kakiku. Kututup mataku perlahan. Aku merasa melayang di udara, cukup lama. Aku merasakan angin kasar menyayat kulitku. Deru teriakan dimana-mana. Aku tak melihat sang teko kembali. 2 gelas yang lain hanya diam membisu menahan pedih. Hingga aku merasa tak merasakan apa-apa lagi di dunia ini, bau menyengat seperti karat menohok indra penciumanku yang mulai melemah, aku ingin sedikit membuka mataku, aku melihat pecahan-pecahan kaca bertinta darah dimana-mana. Aku masih tersenyum ... Lihat apa yang akan ku temui setelah massa ini ...

No comments:

Post a Comment