Saturday, January 5, 2013

Snowy Lullaby


Semuanya akan baik-baik saja. Begitulah aku memulai beberapa hari caraku membuka mata setelah tertidur semalam. Mempunyai kesempatan untuk menulis kembali adalah beberapa waktu yang telah ku lewatkan kemarin. My heaven breeze ... yang kemudian menjadi snowy lullaby. Sedikit lebih baik atau lebih buruk bahkan aku belum mengetahuinya secara pasti. Tetapi rasanya ya seperti ini. Entah bagaimana caraku bangun dan berdiri. Tetapi bayanganmu benar-benar berhasil mengekal dalam keseharianku. Snowy, bersalju. Begitulah yang kini tengah ku rasakan. Di tengah-tengah kehangatan orang yang sangat mencintaiku saat ini, aku juga merasakan gumpalan-gumpalan es salju yang terus terjatuh dan melumat api, menyelimuti hatiku yang menganga lebar. Begitukah caramu menyembuhkan luka di hati ini ? dengan salju yang deras menyelimuti luka dan mematikan segala rasa yang ku rasakan selama ini. Lullaby, aku selalu ingin terpejam. Tetapi banyak hal yang mengitari pikiranku ketika aku ingin terpejam. Mulai dari ketakutanku tak akan bangun lagi, mulai ketakutanku bertemu denganmu, atau ketakutan-ketakutan lainnya. Ketakutanku untuk bertemu denganmu adalah sama besarnya dengan keinginan untuk bertemu dan membelai wajahmu lagi. Sesekali aku menarik diriku sendiri ke dalam kenyataan yang bergulir bahwa kau telah tenang dan telah berlalu. Tapi kenangan adalah teman sekaligus musuh yang terus memaksaku berkubang hampa menanti waktu yang tak akan terulang kembali. Aku begitu menyadarinya. Sangat menyadarinya bahwa aku berhenti di dalam satu titik sedangkan aku tahu waktu tidak berhenti bersama pemberhentianku. Waktu tetap bergulir dan tak ada yang dapat menghentikannya entah betapapun caranya. Setiap hari aku memecahkan es es yang membatu dalam hatiku sendiri. Aku membutuhkan banyak pengertian dari orang di sekitarku. Belakangan ini aku menyadari, betapa egoisnya diriku. Lekuk wajahmu masih sangat utuh di dalam ingatanku, caramu menggenggam tanganku juga masih sangat jelas di ingatanku. Aku benar-benar menjadi si brengsek saat ini. Di kala seseorang begitu mencintaiku malah aku menangisi masa lalu yang sudah jauh ku tinggalkan hanya karena ia pergi selamanya. Aku sendiri tak mengerti bagaimana caranya dan mengapa. Bertahun-tahun aku tak berkomunikasi dengamu, bertahun-tahun juga aku tak melihatmu. Tetapi mengapa ketika aku harus melihatmu terbujur kaku sedemikian hebat kamu mengoyak perasaan dan pikiranku. Aku dan dirimu adalah sama. 2 makhluk yang sama-sama ingin menjalani kehidupan yang tenang pada atmosfer dan rel kehidupan yang begitu berbeda. Aku menyesal adalah kepastian. Tetapi menyesalinya sepanjang hidupku adalah hal yang seharusnya tidak ku lakukan. Akan ku cari jalan itu, jalan untuk kembali ke kenyataan yang berjalan. Kan ku kejar jarum kehidupan yang terus berlalu. Aku tak ingin ikut membusuk tidak dengan takdirku.

No comments:

Post a Comment