Tuesday, September 3, 2013

WORLD ISN'T CONSITANT, OR WE'VE MADE IT ?



Jelas sekali penulisan judul yang hanya akan menambah kontraversi disini. Jika aku bersalah, seharusnya aku tak menyalahkan dunia, apalagi membawa-bawa manusia di dunia ini dengan kata ganti ‘kita’. Yaah seems like “Ha ? KITA ? LO aja kaliii ~” sepertinya pagi ini masih menjadi pagi mager yang ulala ... tapi yasudahlah. Lagipula pagi yang ku sebut pagi adalah hari dengan terik mentari. Ini pagiku, bukan pagi kalian. Ini baru 64 kata loh. Tapi uda bengong aja di depan laptop. Udah lama ga nulis ya mel ? hehe ... iya jadi ceritanya aku kelamaan jadi zombie. Apa-apa yang aku suka rela aku stop semua. Apa-apa yang aku suka ... terus apa sih yang aku dapet sekarang ? engga dapet apa-apa. Tusukan dari belakang malah iya. Biarkan keabsurd-an ini mengalir seperti air. Ijinkan tulisan kacau ini tetap tertulis sampai dengan penulisnya menemukan arah yang hilang.

Dunia ini sudah tidak se-konsisten dulu. Atau kita ? mungkin hanya aku ? roda kehidupan ini berputar begitu cepatnya bahkan terlalu cepat seperti seseorang tanpa prinsip yang jelas. Sedih, duka, tawa, bahagia, pertemuan, perpisahan, penghianatan, kejujuran, kebohongan. Kini menjadi siklus yang nampaknya diperpendek dan dimodifikasi sedemikian rupa. Entah siapa yang bermain di dalam sirkuit bodoh ini. Siapa dalangnya. Siapa penulis skenarionya. Seperti ombak yang berlomba begulung ke pantai yang memeluknya erat. Tak ingin menuliskan sesuatu.

Pernahkah merasa di dalam kepala ini penuh dengan benang kusut dan tengah berusaha menguraikannya sedikit demi sedikit meskipun nampaknya begitu kacau ? aku terjebak dengan rasa cinta yang ku ciptakan sendiri. Aku dihancurkan oleh perasaan kasih itu sendiri. Tuhan siapa yang mengatakan kasih itu selalu baik. Kasih terkadang menghancurkan kita sendiri dan hanya mencetak kita menjadi manusia lemah penerima takdir dan tak berprinsip belaka. Worth it. Hati-hati pada orang-orang yang ‘terkasih’ ketika kita mengasihi mereka, tak selamanya mereka mengasihi kita seperti apa yang kita ekspektasikan. Hey ? what tha hells that ?? ini bukan media pencucian otak. Calm down. Once upon a time, seekor burung dara itu begitu menawan dan terbang kesana kemari. Berteman dan berkawan dengan siapa saja. Tersenyum dengan lebarnya. Kecerdasan tanpa batas berbagi. Dan seluruhnya. Tetapi ia mencintai belati ... belati yang setiap hari harus diasah dengan menggesekkannya pada sayapnya. Seiring waktu berlalu ... sayap itu kini telah terluka dan patah. Aku tak meminta apapun, bagiku tak mengapa aku tak terbang asal aku tak dihianati begitu saja. Tetapi aku salah. Ketika sayapku rapuh dan patah ... belati itu tak bisa lagi mempertajam dirinya. Ketika ia menajam semakin hari menajam meskipun dengan basah darahku sendiri, ia akan pergi memamerkan ketajamannya kini. Jadi ...

“Kawan, teruslah berlari ketika kau merasa hal itu berguna untuk masa depanmu kelak. Jangan lemah hanya karena seseorang yang nampaknya terlalu mencintaimu. Ketika ia terlalu mencintaimu, terkadang ia menghentikanmu berlari dan membuatmu tak bisa berlari lagi. Ia tak rela kau berlari lebih jauh. Tatapi ia tak ingin mengejarmu. Kemudian ketika kau berhenti, maka ia akan berlari meninggalkanmu. Karena sejak kita masih terpisah menjadi ovum dan sperma, kita berkompetisi. Pastikan dirimu berkompetisi seumur hidupmu. Karena apa yang ia katakan tak selalu sama dengan apa yang ingin kau perjuangkan. Tetapi apa yang kau perjuangkan adalah kepastian untuk kehidupanmu mendatang.” -@melianasution
I just need to be more konsistant and BRAVE.

Aku hanya butuh sebuah keberanian. Keberanian untuk berfikir jika memang semua ini adalah hal buruk, ini semua mimpi buruk. Tetapi aku adalah pemimpi. Pengharap. Sesempit apapun celah itu aku berharap untuk sebuah kebaikan. Meskipun akhirnya celah itu dirobek dan berakhir dengan luka menganga yang basah. Kemudian aku akan berfikir, setidaknya aku telah berjuang. Tetapi membuat diri kita selalu terluka adalah hal yang bodoh, bukan suatu perjuangan. Aku ini adalah teman terbaik luka.
Ingin sekali. Kembali terbang. Meski dengan sayap patah.
i love my way to fly

Kuukirkan keindahan di atas air yang keruh
Meskipun aku tak melihat ukiranku sendiri, aku percaya aku merasa indahnya
Terus kupolakan bibirku untuk selalu tersenyum meski mata terasa basah
Kupatrikan untuk selalu mencintai meski tersakiti
Hingga suatu titik...
Aku melihat kenyataan senyata-nyatanya ...
Air yang keruh. Ukiran kebahagiaan semu yang hilang.
Dan aku dipaksa berjuang
Untuk sadar.
Lepas dari penjara yang ku ciptakan sendiri
Dan tak semudah apa yang kalian bayangkan.
Sebab malam kita.
Selamat pagi. Pagi ini pagiku dan pagimu. Bukan pagi kita.
Begitulah dunia bercengkerama
Dengan kenaifan berlebihan.
Dunia ini kehilangan kohesi dan adhesi
Dunia ini kehilangan konsistensinya
Karena keslahan ?
Manusianya.

No comments:

Post a Comment